Video Porno

Apakah Anda sudah pernah melihat film biru? Atau mungkin Anda termasuk yang aktif menentang peredaran film perangsang syahwat yang sering dikambinghitamkan sebagai penyebab perkosaan? Video porno ramai dicari hingga ke mana-mana tapi juga dicaci sebagai media yang membuat turunnya moral masyarakat, terutama kaum muda.

Karya dijital esek-esek ini memang sering dimanfaatkan sebagai sumber jawaban keingintahuan mengenai salah satu misteri dunia “bagaimana sih rasanya gituan?”. Meskipun lebih banyak biasnya daripada benarnya. Coba bayangkan, sepasang insan beda jenis bisa asyik masyuk dengan intim selama berjam-jam tanpa jeda. Selain itu fungsinya juga untuk mendapatkan ‘kepuasan semu’.

Lepas dari ajaran agama dan politisasi pornografi dalam RUU, video bokep membawa dampak yang membahayakan bagi kesehatan mental. Bahwasannya, apa yang terjadi di dalam film tersebut beda teramat jauh dengan kenyataan. Bila batasnya menjadi tak jelas dalam benak seseorang, boleh jadi yang dikira normal menjadi tidak normal.

Bagaimana bila seorang laki-laki (yang sebenarnya) normal (tapi terlalu banyak menikmati video porno) melakukan malam pertamanya dengan berasumsi bahwa seharusnya ‘proses penyatuan dua tubuh’ berlangsung 2 jam (seperti adegan rekaan di film). Dan pada prakteknya, burungnya sanggup ‘bertempur’ hanya dalam belasan menit (selayaknya orang lain pada umumnya).

Dia akan berpikir dirinya mati pucuk (bahasa Malaysia untuk impoten). Nah, kalau sudah begini kita hanya bisa berkata reality bites.

25 respons untuk ‘Video Porno’

  1. Yup, video porno cuman casting. Sama aja kayak film2 biasa pake berkali-kali ngambil gambar, sering juga gagal dan terus diulang sampe adegannya OK. Tapi ga tau si kalo video yg amatir yg serig beredar dari HP ke HP ituh..
    Udah ih jangan kebanyakan nonton “sex education” kayak gitu. Nanti ekspektasi terhadap pasangan jadi terlalu tinggi, salah2 bisa cere atau putus gara2 ga sama ama yg di ekspektasi. Hehehe..:)

    Suka

  2. aku sih sering juga nonton film seperti itu tapi bukan untuk mencari pengalaman tapi untuk sekedar tahu aja kepingin sih ada tapi kalo melihat tingkahnya tak ubahnya seperti binatang ,apalagi kalo gituan dilihat orang lain aduh mak… apa bedanya dengan binatang yang tak punya rasa malu itulah manusia yang menempatkan dirinya sederajat dengan hewan. ya mudah2an mereka yang gituan segera kembali ke fitrah manusia aja he…he…

    Suka

  3. @suhendra:
    maaf, ini wacana. bukan distribusi pornografi.

    @heri heryadi:
    betul. ekspetasi yang tinggi ok. tapi kelewat tinggi, ya tidaklah tepat.

    @widianto:
    lihat untuk sekedar tahu, tak mengapa. asal tak kecanduan. malu? setuju, begituan seharusnya di ruang privat.

    @cobain:
    setuju, positif dan negatif. namun, lebih mudah tergelincir ke negatif. bukan, begitu?

    @wahyu:
    makasih untuk link-nya. untung relevan. kalau tidak, komentar bung Wahyu, termasuk kategori ‘dilenyapkan’. mengapa? soalnya, kurang etis nge-link ke blog diri sendiri. kesannya iklan sekali. bisa dikira sebagai komentar spam.

    Suka

  4. Kalau diamat-amati dan dipelototi dengan seksama banyak adegan dalam video bokef yang diulang-ulang… :)
    Tentunya tidak teramati kalau kita menontonya dengan nafsu dan “air liur” yang meleleh. Jangan percaya bisa sampai 2 jam, bisa lecet…. ;)

    Suka

  5. Biasa aja tergantung orangnya juga………gak perlu liat ternyata ntar tau sendiri…….gak perlu nyoba2 ngelakuin ntar klo udah waktunya juga ngerasain..yang penting tanya pada diri sendiri seberapa penting kita perlu nonoton…

    Suka

  6. saya perasaan sudah isi pesan tadi malam, apa anda hapus boss munggur???

    Catatan:
    Benar, telah saya hapus. Alasannya: kurang etis bila lalu mengiklankan link pribadi di bagian komentar. Fungsi komentar adalah untuk berkomentar. btw, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak.

    Suka

  7. yang bikin vidio porno seharusnya mikir boos sudah merusak anak bangsa………… tapi boleh juga sih…. perlu di kembangkan.. hehehehehe…………

    Suka

  8. bagus itu. minimal ada bayangan. melihat, memahami dan belajar.

    pernah kebayang, betapa bingungnya kakek nenek saat ketemuan di pelaminan dan belum pernah diskusi tentang seks. apalagi BF, bicara tentang itu aja tabu.

    jadi… mungkin malam pertama, hanya tidur dan tidak ‘meniduri dan ditiduri’.

    Suka

  9. waduh.. topic yang selalu hangat.. tapi aku salut, mas munggur ga membawa kita untuk menolak atau menerima semua kembali kepada diri kita msing2 :) dan BF kayaknya ga hanya preman atau dalam artian jahat pun menonton tapi dari kalangan yang sedikit radikal agamana pun turut menikmati :)

    Suka

  10. kalo saya ga menghindari, kalo mo dihindari susah sih apalagi tiap hari ama internet.. cuman bagi saya ya nonton pake mata aja ga usah pake logika, so bisa dinikmati tanpa harus sampe mempengaruhi yang laen … :)

    Suka

  11. video bokef????????????????????????????????????????

    ada fositif’y jg lho,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

    contoh’y: membuat mata kita jadi Suegar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

    ya kan?????????????????

    Suka

  12. video porno bukan guru sex, tetapi jebakan sex, yang terperangkap bayangan akan terjebak dan menyesal..film kan pakai sutradara, sex bener kan pakai jiwa..waktu bukan ukuran tetapi hubungan jiwa yang menjadikan hoooooootttttt

    Suka

  13. kalau sama istri sendiri ya terserah. Kan udah jadi hak paten. Ingat, jangan direkam ya. Biarkan semua memori itu tersimpan di otak. Gak mungkin kan lupa naruh otak?

    Suka

Tinggalkan komentar