Saya sudah lama tidak berkecimpung di dunia pendidikan. Sudah lebih dari satu dekade tak lagi mengajar. Namun tiap kali ada yang berbincang tentang dunia pendidikan, saya langsung bersemangat untuk bertukar-pikiran. Paling tidak saya bisa menambah wawasan dengan dunia pendidikan yang sepertinya makin lama makin canggih.
Kemarin seorang teman lama – yang pernah sama-sama kuliah di Pendidikan Bahasa Inggris di USD – bercerita bahwa dia sedang dalam proses membuat penelitian tentang pembelajaran dengan multimedia. Dia bilang bahwa ingin membuat pembelajaran yang interaktif dalam bentuk program komputer. Di titik ini langsung ada sesuatu yang menggelitik rasa penasaran saya. Mengapa harus dalam bentuk program komputer?
Rasa penasaran saya timbul karena sejauh yang saya tahu – karena saat ini saya tidak lagi bekerja di sekolah atau universitas – pembelajaran dengan multimedia biasanya dilakukan dengan cara sederhana seperti ini. Guru menghidupkan laptop dan proyektor yang sudah terpasang di kelas. Guru menjalankan program Microsoft PowerPoint, memutar video atau video supaya menarik, dan kemudian melakukan tanya-jawab dengan murid terkait topik. Interaktif dan menarik. Meskipun kadang membuat guru seakan ‘cuma’ sebagai operator Microsoft PowerPoint.
Kembali ke topik tentang program komputer, saya lalu mengemukakan pertanyaan. Mengapa tidak memakai pembelajaran dengan media Internet, dengan Moodle atau Google Classroom? Mengapa kesannya harus reinvent the wheel bila sudah ada platform canggih yang sudah digunakan secara luas di dunia pendidikan?
Dengan Moodle dan Google Classroom, guru mendapatkan platform pembelajaran berbasis Internet yang bisa diakses, baik oleh guru dan murid-muridnya, dengan laptop dan gawai melalui peramban Internet seperti Google Chrome atau FireFox. Asalkan ada koneksi Internet, guru dan murid bisa melakukan proses belajar dan mengajar melalui platform tersebut.
Memangnya apa sih keuntungan memakai Moodle dan Google Classroom?
- Keduanya merupakan platform yang paling populer di sekolah dan di universitas. Guru berfokus pada membuat konten pembelajaran beserta konten ujiannya (baca: quiz atau test); tanpa harus membuat aplikasi berbasis Internet.
- Murid dan orang tua murid bisa mengakses konten pembelajaran, konten ujian dan hasil ujian secara langsung di mana pun juga.
- Dengan banyaknya orang yang memanfaatkan kedua platform tersebut, para pendidik bisa belajar secara pribadi melalui video pembelajaran di YouTube, belajar dari manual pemakaiannya dan berbagi kemampuan mengoperasikan platform tersebut dengan rekan sesama pendidik.
- Dengan adanya himbauan untuk #dirumahsaja sebagai dampak dari Covid-19, guru dan murid melakukan belajar-mengajar secara remote dari rumah masing-masing. Kedua platform tersebut membantu proses pembelajaran secara daring (online).
Tak bisa dipungkiri, ke depannya, pembelajaran melalui platform berbasis Internet akan menjadi suatu hal yang normal.
Pertanyaan berikutnya muncul. Apakah dengan adanya platform pembelajaran berbasis Internet membuat guru tak bisa membuat program pembelajaran yang dijalankan di komputer? Tentu tidak. Boleh-boleh saja.
Bayangan saya, program komputer tersebut lebih kurang seperti CD Pembelajaran Bahasa Jepang yang pernah saya beli belasan tahun yang lalu. Interaktif. Banyak gambar, dengan audio dan video, dan tentunya bagian quiz. Rumah produksi atau penerbit modern membuat program semacam itu karena guru biasanya tak akan memiliki sumber daya yang cukup untuk membuat program sekompleks itu.
Namun ada beberapa hal yang menurut saya menjadi halangan dalam pembuatan program pembelajaran di komputer seperti di bawah ini.
- Fragmentasi sistem operasi, di mana guru dan murid memakai sistem operasi yang berbeda. Windows 10, Windows 8, Windows XP, dan ada pula yang memakai MacOS. Sebuah tantangan tersendiri untuk guru karena harus memastikan programnya berjalan di semua sistem operasi yang berbeda; kecuali bila programnya hanya dijalankan di lab komputer milik sekolah.
- Taruh saja ada program komputer yang sudah jadi, lalu bagaimana distribusi datanya? Konten pembelajaran menjadi susah untuk diperbarui karena program komputer cenderung susah untuk diperbarui. Pun ada tantangan ketika harus mengumpulkan hasil ujian melalui program tersebut secara manual karena tidak berbasis Internet.
- Dengan adanya banyak topik pembelajaran untuk satu mata pelajaran, menjadi suatu tantangan bagi guru untuk mendesain dan membuat program komputer.
- Oleh karena program komputer tak mudah untuk diperbarui, program untuk tahun ini mungkin sudah ‘basi’ dan tak relevan untuk dipakai di tahun ajaran yang baru.
- Tak mudah untuk mendapatkan programer yang berorientasi pada pembuatan program komputer saat ini karena kecenderungan untuk membuat layanan berbasis Internet dan aplikasi untuk gawai (baik untuk sistem operasi Android atau iOS). Belum lagi bayarannya mahal. Lalu bahasa pemrograman apa yang akan dipakai? Bingung, kan?
- Tentu membuat program pembelajaran komputer membutuhkan begitu banyak sumber daya dari sisi guru, programer, pembiayaan dan tentu proses pembaruan program tersebut.
Dengan berbagai halangan di atas, apakah usaha guru untuk menghadirkan pembelajaran dengan multimedia menjadi sepadan dengan hasilnya? Menurut hemat saya tentu tidak. Too expensive to create, too soon to be obsolete. Membuat program pembelajaran di komputer justru menambah berat beban guru; selain kegiatan belajar-mengajar, administrasi sekolah, dan beragam kegiatan ekstra-kulikuler.
Sampai di titik ini, apakah berarti opsi terbaik dari seorang guru adalah memanfaatkan pembelajaran berbasis Internet dengan Moodle atau Google Classroom?
Tergantung. Tergantung dengan kebutuhan pembelajaran di masing-masing sekolah atau universitas. Bila memang sekolah tersebut memiliki sumber daya yang mumpuni, platform seperti Moodle dan Google Classroom jelas sangat membantu proses pembelajaran.
Lalu apa yang sekiranya bisa menjadi kendala dalam pemakaian Moodle dan Google Classroom oleh guru dan murid?
- Konten pembelajaran secara manual relatif mudah dibuat. Namun memindahkan konten tersebut ke platform pembelajaran tersebut butuh pelatihan dan kesabaran. Tak semua orang melek teknologi dan bahkan memakai surel (surat elektronik) saja sudah kesulitan.
- Guru dan murid harus memiliki koneksi Internet yang mencukupi. Infrastruktur Internet tak merata dan biaya Internet relatif mahal bagi kebanyakan orang.
- Tak semua sekolah sudah mendukung penggunaan kedua platform tersebut karena belum paham, gaptek atau kurang familiar. Kebanyakan guru menggunakan platform yang dipilih oleh sekolah masing-masing.
- Banyak guru yang sudah memakai kedua platform itu sebagai pengguna biasa namun belum sampai benar-benar menguasainya.
Tentu kendala-kendala tersebut menjadi pekerjaan rumah masing-masing guru, murid dan sekolah yang terkait. Apakah dengan begitu membuat guru enggan untuk membuat pembelajaran dengan program komputer? Tidak juga. Namun biasanya program pembelajaran tidak populer. Buktinya? Coba tanya ke sekolah-sekolah lain apakah guru-guru mata pelajaran mereka membuat program komputer? Kecuali tentunya sekolah kejuruan atau fakultas yang memiliki penjurusan di teknologi informasi yang terkait dengan pemrograman komputer.
Namun ada beberapa hasil positif yang bisa diraih dengan penggunaan kedua platform pembelajaran berbasis Internet tersebut.
- Efisiensi dalam pembuatan konten pembelajaran dan konten ujian di satu platform yang sama. Proses pengujian dan hasil ujian tersaji secara langsung. Guru, murid dan orang tua murid bisa langsung melihat kemajuan dari murid.
- Otomatisasi dalam penyajian konten pembelajaran. Konten yang sama bisa didesain oleh beberapa guru sekaligus dan digunakan berkali-kali di banyak kelas yang membahas topik yang sama. Guru bisa mengurangi waktu yang digunakan untuk membuat satu topik pembelajaran.
- Proses pembaruan konten dan modifikasi konten ujian bisa dilakukan kapan saja dengan cepat. Dengan begitu, konten pembelajaran dan konten ujian menjadi relevan dan selalu baru.
- Proses pembuatan rapor murid menjadi tersentralisasi dan terotomatisasi sehingga tak memakan banyak waktu bagi guru-guru dan guru kelas untuk membuat rapor murid di akhir semester.
- Mendukung proses pembelajaran jarak jauh di rumah masing-masing guru dan murid saat ada bencana seperti Covid-19 saat ini.
Wow. Sampai di sini saya tertegun. Ternyata bencana Covid-19 ini membuat pembelajaran berbasis Internet menjadi sangat didambakan dan diperlukan. Pembelajaran dengan multimedia seyogyanya harus berbasis Internet supaya distribusi konten pembelajarannya lebih mudah.
Saya jadi teringat satu anekdot dari teman saya yang berprofesi sebagai guru matematika. Dia memberikan pekerjaan rumah ke murid-muridnya. Menuliskan rumus matematika dengan komputer jelas tak mudah. Oleh karena itu para murid menuliskan pekerjaan rumahnya di kertas kemudian dipotret dengan kamera ponsel dan dikirimkan melalui WhatsApp ke gurunya. Persoalannya salah satu anak muridnya terbalik dalam memotret hasil pekerjaan rumahnya. Guru tersebut sampai membilang dalam status WhatsApp, apakah berarti dia harus membalik laptopnya karena hasil potretnya terbalik secara vertikal. Konyol tapi lucu; benar-benar terjadi. Sungguh manual tapi cukup menjawab kebutuhan saat ini.
Saya jadi ingat pula dengan guru-guru saat saya masih di bangku sekolah. Guru sibuk menulis seluruh topik belajar di papan tulis dan murid mencatatnya di buku mereka. Manual sekali, kan? Namun ada saat-saat di mana guru menjadi sumber inspirasi ketika mereka menjelaskan suatu topik hanya berbekal papan tulis dan kapur tulis, tanya-jawab personal yang manusiawi, dan kadang-kadang guru mengajak muridnya untuk melakukan proses observasi di luar kelas. Semuanya berjalan dengan lancar dan menjadi proses pembelajaran yang mendewasakan. Tak seperti sekarang di mana guru dan murid sama-sama sibuk dengan layar monitor komputer masing-masing; yang jelas mengurangi waktu tatap-muka yang membuat manusia muda belajar dari manusia dewasa dalam memahami suatu topik pembelajaran.
Dunia sudah berubah. Makin canggih. Bila tak mengikuti perkembangan jaman, dunia pendidikan akan lapuk, basi dan tak lagi relevan bagi murid-murid – yang belajar dengan pendekatan dan sudut pandang yang jauh berbeda dengan para murid dari belasan tahun yang lalu.
Menyukai ini:
Suka Memuat...