Kawin itu Tidak Mudah

Bukan, bukan nikah yang saya maksudkan. Sungguh-sungguh saya hendak menyoal tentang kawin. Dengan kata lain menyoal aktivitas ‘gituan‘. Masak Anda masih bingung juga.

Mungkin sebagian besar dari Anda berpikir bahwa untuk melakukan hubungan intim itu perkara mudah. Buka baju dan langsung melesat ke surga dunia. Benarkah begitu mudahnya? Ternyata tidak. Ada banyak faktor yang membuatnya relatif rumit.

Faktor fisik. Bila Anda terlalu capai karena bekerja hingga larut malam setelah seharian membanting tulang memeras keringat, apakah masih ingin membakar kalori setara dengan jogging di malam harinya? Itu pun jika Anda tak punya embel-embel penyakit gula, jantung atau ginjal. Terlebih yang memiliki kasus impotensi atau frigiditas.

Faktor psikologis. Saat stres dan persoalan pribadi, kantor dan sosial Anda sedang ruwet-ruwetnya apakah cukup nyaman menyalurkan hasrat bercinta? Apalagi bila ditambahi dengan penyakit mental kronis karena depresi.

Faktor relijius dan moral. Bertemu orang lalu langsung ‘main ranjang’. Rasanya tidak semua orang melakukan apa yang bisa kita lihat di Sex and the City. Itu lho serial yang ada adegan ‘kumpul kebo’. Sebagian orang masih menganut prosesi agama dan kesepakatan tradisi. Yang sakral dan yang legal.

Faktor finansial. Memang ada hubungannya antara ngeseks dan uang? Satu tetangga saya rasanya tak punya cukup uang untuk membeli ‘latex pelindung’ bernama kondom. Alhasil, saban tahun anaknya bertambah. Bahkan, orang yang suka ‘jajan‘ pun perlu uang untuk mendapatkan pelepasan nafsunya.

Faktor wawasan. Tidak semua pasangan mengalami orgasme. Mungkin sama-sama tidak punya ‘kecerdasan seksual’ atau SQ – Sex Quotient. Tahunya ya sekedar masuk-keluar-selesai. Tak ada seni sama sekali. Atau malah yang aneh-aneh seperti di film bokep tapi hasilnya patah tulang. Coba bayangkan adegan ‘monyet naik pohon’ tapi pohonnya ambruk karena tak kuat menahan monyet yang celakanya obesitas.

Faktor keamanan. Pernah membayangkan bagaimana kawin di tempat pengungsian karena bencana alam atau situasi huru-hara padahal tinggal sama-sama dengan puluhan orang di satu tenda? Begitu pula dengan tinggal di Rumah Mertua Indah yang dindingnya teramat tipis dan mampu menghantarkan suara rintihan tertahan dan desahan? Apalagi yang coba-coba ‘gituan’ di tempat kos-kosan yang rawan razia warga dan resiko diarak bugil.

Jadi jangan dipikir kawin itu mudah. Ada sih yang bilang Just Do It dan ga usah pake mikir. Mungkin itu pula yang membuat gelar ‘MBA’ sekarang ini makin mudah didapat anak-anak tanggung usia bangku SMU atau kuliahan.

Perkara kawin-mawin memang tidak semudah kala manusia belum berevolusi. Saat masih dikategorikan sebagai mamalia primata yang bertulang belakang. Dulu, begitu ada hasrat bisa asal tubruk. Kalau sekarang mungkin asal tubruk bisa membuat Anda masuk penjara atau dipukuli oleh massa.

19 respons untuk ‘Kawin itu Tidak Mudah’

  1. Mas jorok ih hari ini… lagi mau datang bulan yah? katanya memang semua manusia mengalami masa “tinggi” setiap awal bulan… bener gak sih?

    Suka

  2. @sayap ku:
    jorok? kawin yang elegan juga ada. datang bulan? menurut astronomi emang bulan lagi 80% full. mungkin jadinya ya… gitu deh…

    @qnewt:
    kapan-kapan…

    @grak:
    betul. setuju. perlu kedewasaan. meski beberapa orang bilang ‘kawin itu mendewasakan’.

    @dewa dewi:
    tuh, kan? ngga semudah bayangan orang.
    *sambil manggut-manggut juga*

    Suka

  3. Menjadi lebih tidak mudah karena menyangkut 2(atau mau lebih?) pribadi. Menyelaraskan irama dan hasrat dengan orang lain perlu kecerdasan juga. Hmm, tapi jangan jadi berpikir untuk memilih main single saja ya….

    Suka

  4. Gak ada yang mudah di dunia ini,,
    yang ada perspektif kita yang memudahkan

    jadi gak ada yang sulit yang penting anggap aja semua gampang.

    Suka

Tinggalkan komentar