Transportasi Umum Gratis?

Transportasi umum merupakan layanan yang wajib diberikan oleh pemerintah suatu daerah untuk penduduknya. Umumnya transportasi umum disubsidi oleh pemerintah daerah sehingga ongkos transportasinya terjangkau oleh penduduknya.

Makin terjangkau ongkos transportasinya erat kaitannya dengan makin banyaknya penduduk yang lebih memilih menggunakan transportasi umum ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Hasilnya positif karena badan jalan menjadi lebih longgar. Tak macet oleh banyaknya kendaraan pribadi yang berlalu-lalang di jalanan.

Subsidi ongkos transportasi umum membantu terselenggaranya transportasi umum. Menghadirkan suatu moda transportasi umum memang mahal. Hanya untuk menyediakan bis komuter dalam kota, pemerintah daerah harus menyediakan armada bis, halte bis dan terminal bis. Itu belum termasuk pengembangan rute-rute baru dan perawatan fasilitas bis komuter. Investasi yang besar kemudian dibayar melalui ongkos yang dibebankan kepada pengguna angkutan.

Sebuah ide mengemuka. Bagaimana jika transportasi umum digratiskan? 

Gratis? Banyak orang biasanya cukup heran dengan ide tersebut. Ongkos murah tentu disambut dengan senang. Namun bila tak harus membayar seperti tidak masuk akal.

Namun ide menggratiskan transportasi umum benar-benar diterapkan di Tallinn, ibukota Estonia. Warga Tallinn bisa naik bis secara cuma-cuma. Mereka hanya perlu memiliki kartu bis khusus di mana warga cukup mendaftarkan diri dengan bukti diri kartu identitas yang menyatakan bahwa mereka penduduk Tallinn. Hebat, bukan?

Ada pro dan kontra memang. Bila memang efeknya positif, bisa jadi transportasi umum di kota itu akan digratiskan untuk waktu yang lebih lama.

Ide yang menarik itu mungkin bisa diujicobakan di kota-kota di tanah air. Coba bayangkan bila bis kota di Kota Yogyakarta gratis sehingga bisa mengurai kemacetan? Atau mungkin KRL menuju Bogor pada waktu-waktu tertentu digratiskan sehingga menarik orang untuk naik di waktu yang tak ramai penumpang?

4 respons untuk ‘Transportasi Umum Gratis?

  1. iya, saya juga setuju. kalau pun tidak bisa digratiskan, ya disubsidi. ini untuk menekan populasi kendaraan, khususnya sepeda motor, yang makin membludak. di jalan raya kampung saya, kalau pagi jam kerja/masuk sekolah jalanan miris banget. begitu juga jam pulang kerja.

    solusi untuk sepeda motor ini bagaimana ya kebijakan pemerintah. apakah ada pembatasan produksi sepeda motorkah? saya belum tahu ini.

    Suka

    1. Sulit untuk membatasi pemakaian atau produksi sepeda motor. Tapi bisa dikurangi dengan tarif pajak bermotor yang tinggi, pembatasan jalan pada waktu-waktu tertentu dan bahkan kenaikan ongkos parkir jalan. Dengan begitu masyarakat akan berpikir ulang untuk menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke transportasi publik.

      Suka

  2. menarik, menarik! langkah2 itu bisa diuji-cobakan, tentu oleh yang memangku jabatan atau yang berwenang.

    ini aku mikir2, jepang sebagai terbanyak produsen sepeda motor kok saya perhatikan –belum pernah kesana sih, lewat baca2 dan mencermati foto2– di negerinya sana populasi sepeda motor ngak sebanyak di sini ya. di sana sepeda masih jadi favorit. saya agak curiga yang moga salah, negeri ini hanya dijadikan pengeruk keuntungan belaka. dijadikan limbah besi belaka, yakni sepeda motor…

    Suka

    1. Kebetulan saya pernah ke sana sebagai turis. Dari pengamatan sekilas memang di mana-mana ada sepeda. Ada banyak mobil di jalanan. Jalanan yang macet pun ada. Hanya saja memiliki mobil di Jepang itu murah harga mobilnya tapi biaya penggunaannya selangit. Mobil murah karena mereka memproduksi mobil sendiri. Namun pajak kepemilikan mobil, harga BBM, ongkos perawatan, biaya asuransi mobil dan biaya parkir mobil sangat mahal. Oleh karena itu, warga kebanyakan lebih memilih menggunakan sistem komuter yang jauh lebih hemat dan/atau sepeda.

      Sepeda motor? Kurang praktis karena mereka memiliki 4 musim. Menderita kalau naik motor di Musim Gugur dan Musim Dingin yang hawanya dingin sekali. Lagipula ada pembatasan jalur-jalur jalan yang hanya boleh dilalui sepeda motor. Disamping itu banyak warga Jepang yang berpikir bahwa naik sepeda motor itu berbahaya. Jadi pilihannya ada dua, naik mobil yang mahal di ongkos atau naik transportasi umum/sepeda yang hemat.

      Ada benarnya bahwa Indonesia menjadi target market yang empuk untuk penjualan kendaraan bermotor. Yang sayangnya sejalan dengan kebijakan pemerintah nasional untuk berfokus pada pembangunan jalanan; mirip seperti Amerika Serikat. Tapi harap diingat bahwa tanpa adanya transportasi pribadi yang terjangkau, pembangunan negara bisa terhambat hanya karena mobilitas penduduknya terbatas. Jepang sadar bahwa tergantung dengan BBM impor sehingga memilih untuk menerapkan transportasi massa yang berbasis kereta api; baik antar kota/pulau dan dalam kotanya.

      Pemerintah Indonesia sekarang harus berani membatasi jumlah kendaraan pribadi di Pulau Jawa sembari membangun transportasi massa berbasis kereta api. Di waktu yang sama, kendaraan pribadi masih sangat dibutuhkan di pulau-pulau yang lain untuk meningkatkan mobilitas orang dan barang.

      Suka

Tinggalkan komentar