Jogja Istimewa

Ketika sebuah kota mengganti logo dan slogannya tentu tak sekedar ganti tampilan. Ada pemaknaan di balik logo dan slogan tersebut. Begitu juga Kota Yogyakarta dengan branding terbarunya. Jogja Istimewa.

Jogja selalu istimewa bagi banyak orang. Kota budaya, kota pendidikan dan kota yang unik. Cuma saya sendiri agak sangsi dengan keistimewaan kota ini yang tergerus waktu. Yang saya rasakan istimewa pada jaman dahulu sekarang tak lagi spesial.

Mungkin kuliner di kota ini masih istimewa meskipun harganya menyesuaikan dengan tingkat inflasi. Bila dulunya banyak warung makan dan angkringan, kini berganti menjadi restoran dan kafe.

Sedangkan transportasi yang diwakili oleh sepeda onthel, becak dan andong sudah makin jarang. Sepeda menjadi sepeda motor yang jumlahnya kian banyak. Becak sudah bermotor. Sedangkan andong masih ada tapi kebanyakan untuk turis. Yang belum tersedia dengan memadai adalah angkutan umum masal yang berkualitas dan cukup secara kuantitas.

Budaya? Mungkin sudah mulai terganti dengan budaya individualistis. Tentu saja masih ada kultur gotong royong yang masih banyak ditemui di daerah pinggiran dan pedesaan. Untungnya di Yogya, orang-orang masih suka ngobrol, berdiskusi dan bercanda.

Yang luar biasa, tapi tak istimewa, adalah munculnya bangunan bertingkat yang berukuran besar. Hotel berbintang, pusat perbelanjaan dan rangkaian supermarket kecil hingga menengah di banyak tempat.

Begitu pula dengan mobil dan sepeda motor yang berjejer, baik rapi atau sembarang, di banyak tepian jalan dan trotoar. Sayang sekali karena parkir yang meluber di mana-mana ini susah diatur dan menyempitkan badan jalan. Alhasil jalanan menjadi padat merayap di sore dan malam hari.

Yang terakhir adalah susahnya menemukan angle yang pas untuk memotret street art photography di jalanan kota ini. Sebabnya ada begitu banyak iklan luar ruang yang memenuhi landscape kota. Iklan rokok, reklame properti dan promosi beragam makanan.

Ada banyak hal yang harus diperbaiki, diselaraskan dan dipikirulang sehingga kota ini bisa tetap menjaga keistimewaannya. Mumpung masih istimewa maka harus ada kerja bersama untuk mengembangkan kota ini tanpa harus kehilangan jiwa dan roh yang menggerakkan kota penuh memori ini.

Jogja Istimewa. Ada benarnya. Masih istimewa. Namun perlu kerja keras untuk membuatnya tetap spesial.

2 respons untuk ‘Jogja Istimewa

    1. Alun2 Utara (bukan yang Selatan), daerah Seturan (ada banyak pilihan kafe & resto), sekitar Tugu. Bila mau tanya2 ke teman2, sebenarnya masih ada tempat nongkrong di kota ini. Sayangnya ada banyak yang berpikir Mall2 adalah tempat nongkrong yang asyik (yang tentu saja berbayar ketika duduk2 di kafe, waralaba dan resto; yang mahal & kurang sip atmosfernya).

      Suka

Tinggalkan komentar