Belajar Menulis dengan Blog untuk Murid SMU

Pernah saya berpikir bahwa blog bisa dimanfaatkan sebagai media belajar tulis-menulis di kalangan akademisi. Terutama, murid Sekolah Menengah Umum (SMU). Dalam hal ini saya menyoroti mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di mana banyak pihak menyarankan seyogyanya murid diberi kesempatan menulis lebih sering. Salah satu metodenya seperti ini.

Guru membuat (sekaligus menjadi admin) blog dengan WordPress. Lalu, secara berkala murid diberi tugas menulis esai pendek. Berkala bisa berarti 2 minggu 1 esai, 1 bulan 1 esai atau 1 cawu 2 esai tergantung kebutuhan dan kemampuan. Topik esai bisa ditentukan oleh guru dan murid, disesuaikan dengan bahan diskusi yang relevan.

Seandainya 1 kelas memiliki 30 murid berarti ada 30 artikel (postingan). Bila dalam 1 bulan, murid diberi kesempatan menulis 2 artikel, maka secara keseluruhan akan ada 60 artikel. Dengan catatan, guru bisa bertindak sebagai moderator atau pun editor. Jadi, guru juga punya kesempatan untuk berlatih menyunting (yang memang memakan waktu tersendiri). Tidak hanya jadi ‘tukang pemberi nilai yang subjektif’.

Contoh tema, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Muria. Esai tak perlu panjang (disesuaikan dengan sifat internet yang praktis). Mungkin 5 hingga 7 paragraf pun sudah cukup memuat banyak ide dan pikiran.

Para murid bisa mengirimkan artikelnya via email atau pun manual dengan disket floppy atau USB Flash Disk ke guru mereka. Jadi, murid juga didorong untuk mengenal teknologi.

Tentu, para murid akan bangga tulisannya bisa dibaca oleh publik, minimal oleh teman-temannya. Lalu, boleh jadi mereka pun akan bertanya kepada gurunya, “Bu guru, saya tertarik untuk bikin blog, caranya bagaimana ya?” Dan mereka pun akan memulai menulis (dari ala kadarnya hingga yang berkualitas) dan semoga budaya menulis menjadi bagian dari hidup mereka.

Bagaimana dengan sekolah? Tentu, bangga dengan murid, kelas dan gurunya yang memulai sebuah aktivitas publikasi murah, mudah dan meriah. Lalu, bayangkan setelah setahun, berapa banyak artikel terkumpul dalam satu blog sebagai sebuah ‘karya tulis kolektif’. Sebuah media yang lebih cerdas dan maju (tentu juga ‘relatif abadi’ tersimpan di dunia maya) daripada sebuah majalah dinding (mading) yang hanya bertahan tak lebih dari 1 bulan dan terbatasi oleh lebar papan.

Setelah itu, pengembangan pun dapat dilakukan. Setiap klub ekstrakurikuler dapat memiliki blognya sendiri. Semisal klub biologi atau fotografi. Bahkan, sekolah pun dapat memiliki blog terpadu yang diisi oleh pendidik dan anak didik. Tak terbayangkan, betapa pertukaran ide dan pemikiran dapat dipublikasikan sekaligus didokumentasikan secara publik secara sistematis.

Tambahan, mata pelajaran lain pun bisa memiliki blog yang berisi esai ‘pembelajaran pribadi dengan sumber perpustakaan pada suatu bidang’, semisal: Fisika atau Kimia.

Disamping itu, guru-guru juga bisa menulis esai atau bahan belajar yang diposting di blog sekolah. Keren, kan? Dengan begitu, guru pun bisa menjadi contoh bagi anak didiknya. Jangan sampai ketinggalan dengan yang lebih muda. Malu.

Mahal dan sulit? Gitu aja kok repot. Pakai saja WordPress. Bila memang skalanya lebih besar, gunakan saja WordPress MU (multi-user) yang juga digunakan oleh Harvard.

Bila Anda menemukan blog yang berisi tulisan para siswanya, silakan berikan alamat URL-nya di bagian komentar. Dengan begitu, para pendidik mungkin bisa memiliki contoh nyata untuk diaplikasikan ke sekolah mereka. Atau mungkin, bagi Anda yang berprofesi sebagai pendidik, bisa memulai langkah nyata ini. Berani mencoba?

Catatan:  Ya, artikel ini lebih panjang daripada biasanya. Pengecualian karena ide ini sudah lama terpendam di benak saya. Bukankah ide yang bagus untuk menanamkan budaya menulis bagi generasi muda penerus bangsa? Terbersit kembali saat bercakap-cakap dengan teman saya yang sebentar lagi (mungkin, sekarang sudah) menjadi guru Bahasa Indonesia di Kolese Loyola, Semarang.

Mari bentuk budaya menulis sejak dini dengan sarana blog. Keep blogging!

6 respons untuk ‘Belajar Menulis dengan Blog untuk Murid SMU

  1. Ya, artikel ini lebih panjang daripada biasanya. Pengecualian karena ide ini sudah lama terpendam di benak saya. Bukankah ide yang bagus untuk menanamkan budaya menulis bagi generasi muda penerus bangsa?

    kaget, biasanya hanya butuh 2 menit untuk mengerti, tapi ini butuh 30 menit untuk meresapi. :)
    ide yang sangat cemerlang, hmm tapi kalo diusulkan ke DIKNAS butuh proses njelimet abis deh.. so post ini harus dibaca oleh seluruh guru ga hanya guru bahasa indonesia aja.
    yup ‘membaca itu gampang, tapi menulis lebih gampang lagi!!’

    Suka

  2. teorinya bagus tapi prakteknya butuh keberanian dan keinginan kuat dari para guru dan seluruh stakeholders karena merubah kebiasaan itu lebih sulit daripada sebuah teori

    Suka

  3. Setuju sekali…
    Sekali merengkuh dayung 2 pulau terlampaui…
    Anak2 belajar ttg komputer sekaligus materi2 ilmiah tertentu

    Tentu, para murid akan bangga tulisannya bisa dibaca oleh publik, minimal oleh teman-temannya.

    Benar dan sangat mungkin siswa2 yg lain juga tertantang untuk melakukan hal yang sama
    Tapi saya setuju dengan Almascatie kalau birokrasi seringkali justru mematikan ide2 bagus semacam ini…

    Suka

  4. Ide yang bagus nih…

    Memang budaya menulis masih minim di negeri kita. Siswa-siswa masih terbiasa dengan budaya pasif, menerima saja dari guru.

    Guru pun demikian. Padahal guru-guru itu pengalamannya amat berlimpah setiap harinya. Andai pengalaman-pengalaman mereka ditulis/didokumentasikan, tentunya akan bermanfaat buat guru-guru lain yang masih belum berpengalaman.

    Kapan yah kebiasan menulis itu akan terwujud? Ayoooo menulis…!

    Suka

  5. saya berpikir bahwa sebaiknya di Indonesia ini dibuat program rajin menulis aja. wajib membaca kayaqnya ga efisien dah. maksudnya sih sekali kayuh dua kena gampar. hehehe. becanda. btw.. bagus tuch visinya. salam kenal :idea:

    Suka

Tinggalkan komentar