Training via Zoom

Photo by Julia M Cameron on Pexels.com

Zaman pandemi Covid-19 ini melambungkan Zoom sebagai sarana berkomunikasi secara real-time dengan banyak orang sekaligus. Webinar, training, reuni, arisan, dan rapat kerja.

Pernah sekali saya mengadakan training singkat melalui Zoom. Introduksi WordPress. Namun ternyata tak semua orang bisa mengikuti dengan baik. Ada yang sedang di perjalanan. Ada yang sembari mengerjakan hal lainnya. Ada yang sekedar ikut saja. Hanya pasif melihat. Otomatis mereka menggunakan laptop atau ponsel mereka untuk Zoom saja. Tanpa bisa secara langsung mencoba WordPress di komputer masing-masing.

Namun ternyata ada fitur yang menarik dari Zoom. Recording semua yang dibagikan di layar komputer lengkap dengan suaranya. Hasil rekamannya berupa berkas video yang bisa diunggah di Google Drive. Kemudian tautan ke video tersebut bisa dibagikan ke siapa saja yang memerlukannya melalui WhatsApp atau surat elektronik. Praktis.

Training singkat yang dijadikan video membuat proses belajarnya lebih mudah. Mereka yang berlatih bisa mengulang-ulang videonya. Bisa menonton videonya kapan saja. Tak harus terpatok pada satu waktu yang sama saat webinar melalui Zoom.

Memang pembelajarnya tak bisa bertanya dan berinteraksi secara langsung. Namun interaksi seperti membutuhkan koneksi internet yang stabil di waktu yang sama. Beda dengan bentuk video yang bisa buffering saat koneksinya kurang bagus. Bisa diunduh juga hingga bisa diulang-ulang.

Uniknya video yang menjadi hasil rekaman Zoom itu bisa diunggah ke YouTube. Menjadi video tutorial. Keren, kan? Namun yang pasti, proses pembelajarannya lebih nyaman, baik untuk yang mengajar dan yang belajar. Bisa mengulang videonya seperlunya. Bisa menontonnya kapan saja.

Terima kasih, Zoom.

JogjaStreamers

Apakah jaman sekarang radio sudah kurang didengarkan seperti dulu lagi? Mungkin. Tersaingin dengan hadirnya internet yang lebih interaktif.

Namun radio belum mati. Mendengarkan radio menjadi kebiasaan yang unik. Bila sudah terbiasa, bagi beberapa orang sulit untuk tak mendengarkannya barang sehari. Bisa jadi karena radio — yang menjadi medium suara — memberikan ‘keintiman’ tersendiri dibanding media elektronik lainnya.

Sayangnya radio sifatnya terbatas hanya pada satu kota. Bila seseorang sudah merantau ke kota lain atau pulang kampung, radio kesayangannya tak lagi bisa didengarkan.

Begitu pula banyak orang yang asli Yogya atau minimal pernah tinggal lama di kota ini, ada yang kangen dengan acara-acara di radio. Lalu bagaimana bila ingin mendengarkannya di kota lain?

Tak perlu khawatir. Internet memfasilitasi rasa rindu tersebut. Cukup buka JogjaStreamers bila ingin mendengarkan radio-radio yang eksis di Yogyakarta. Internet bukan saingan radio dan justru mampu menghantar suara-suara penyiar radio dan acara-acaranya ke segala penjuru dunia; asalkan ada jaringan internet.

Pokemon GO

Mainan berupa aplikasi ponsel ini sudah resmi masuk Indonesia. Penggunanya makin banyak. Makin sering dibicarakan orang serba-serbi tentang permainan yang berdasar dari permainan konsol dan anime Pokemon.

Tapi yang benar-benar memainkannya tak sebanyak yang dikira orang. Sebagian besar orang memainkannya hanya karena ikut-ikutan. Semata karena lagi ngetrend. Hype banget. Nyatanya setelah beberapa hari atau minggu, pemain yang ikut-ikutan tak lagi bersemangat mencari dan mendapatkan monster Pokemon. Apalagi aplikasi Pokemon GO di ponsel memang berat dan menghabiskan baterai ponsel dan pulsa data. Singkat kata permainan ini boros waktu, boros tenaga dan boros pulsa data.

Berbeda 180 derajat, mereka yang memang penggemar sejati permainan ini sekaligus fans berat Pokemon makin bergairah mengumpulkan monster, melatih monster menjadi lebih mumpuni, dan ‘bertarung’ di gym demi kesenangan dan kepuasan yang tak dipahami oleh kebanyakan orang. Siapa yang kira-kira menjadi pemenang dalam permainan yang sifatnya global mendunia ini?

Pemenangnya adalah Niantic — pembuat mainan ini yang bekerjasama dengan Nintendo — yang mendulang profit dari penjualan barang-barang virtual dalam permainan Pokemon GO. Selain itu para penggemar sejati Pokemon juga makin bahagia karena bisa berbagi pengalaman mencari dan melatih monster bersama orang-orang lain; yang bertemu dan berkenalan karena memiliki misi yang sama. Yaitu untuk menjadi pemenang dalam dunia virtual Pokemon GO.

Omong-omong, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda memainkan permainan ini?

Letterspace dan Desk.pm

Suka menulis dan blogging. Dua aktivitas tersebut merupakan hobi saya yang saling melengkapi satu sama lain. Kegiatan yang masih dalam satu rumpun yaitu tulis-menulis kalau ngeblog dianggap sebagai bagian dari menulis.

Ketika ada ide muncul atau pemikiran yang terlintas, inginnya langsung mengetikkannya di laptop Mac saya. Jaman dulu biasanya saya mengakses blog di WordPress untuk menuliskan postingan secara online. Ternyata cara seperti ini boros waktu dan tidak praktis.

Kemudian saya akali dengan menulis tulisan di laptop dengan aplikasi Apple Notes atau Evernote. Saat sedang online baru mengunggah postingan ke WordPress. Menghemat waktu dan bandwidth. Rasa-rasanya kurang mantab. Ada sesuatu yang tidak mengganjal karena tetap harus mengakses WordPress melalui internet browser.

Berbeda dengan saat ini. Sudah saya temukan kombinasi yang lebih asyik. Memakai Letterspace, aplikasi untuk menuliskan apa saja dengan cepat dengan tampilan yang sederhana tapi nyaman di mata, untuk menuangkan kata-kata. Saat online barulah salin dan tempel postingan dari Letterspace ke Desk.pm, aplikasi untuk blogging sehingga bisa mengelola dan menggunggah postingan lebih cepat dan lebih efektif. Memang bisa corat-coret langsung dengan Desk.pm tetapi lebih nyaman melakukannya dengan Letterspace.

Menurut saya lebih baik bila menulis dilakukan tanpa harus terkoneksi ke internet secara terus-menerus. Offline membuat proses menulis terfokus. Bila modenya online justru memberikan terdistraksi sehingga ‘mengganggu’ saya menulis dan blogging.

Masing-masing orang tentu memiliki pendekatan dan pemakaian alat pembantu yang berbeda. Sesuai dengan gaya dan kebutuhan tiap-tiap individu.

Namun bila boleh merekomendasikan, Letterspace dan Desk.pm merupakan aplikasi yang sederhana yang powerful. Letterspace gratis sedangkan Desk.pm merupakan aplikasi berbayar.

Silakan dicoba bila suka. Mungkin di masa yang akan datang, akan ada aplikasi lainnya yang lebih asyik dan canggih. Yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera yang bisa berubah.

https://programmerbird.com/letterspace/
http://desk.pm

Sensor Internet

Tak semua orang setuju dengan adanya sensor internet di Indonesia. Sebagian lainnya mendukung sensor internet diberlakukan. Sensor internet memang merupakan sesuatu yang sensitif. Selalu ada pro dan kontra.

Bila akses internet di tanah air tak memiliki sensor tentu akan ada kebebasan dalam akses informasi secara total. Namun di sisi lain, banyak hal negatif yang jelas bisa diakses oleh penduduk yang mengakses internet. Misalnya saja produk pornografi dan konten radikal.

Beda cerita saat sensor internet terlalu kaku dan ketat sehingga malah merugikan pengguna internet di dalam negeri. Bahkan sensor internet bisa dipakai oleh oknum penguasa yang sengaja ingin membatasi informasi yang positif untuk kepentingan politiknya. Sebut saja Tiongkok yang tidak memperbolehkan penduduknya untuk mengakses segala sesuatu yang berhubungan dengan hak asasi manusia dan konsep demokrasi.

Sensor internet tentu harus dioperasikan oleh organisasi yang paham mana bagian internet yang harus dibatasi dan mana yang diperbolehkan untuk diakses oleh seluruh warga negara. Sayangnya hingga kini pemberlakuan sensor internet masih mengundang polemik dan perdebatan publik. Banyak yang merasa bahwa sensornya berlebihan. Bahkan banyak yang tidak tahu proses bekerjanya sensor internet sehingga mengundang kecurigaan tersendiri. 

Bagaimana pun sensor internet itu diperlukan. Kalau tidak ada sensor sama sekali tentu besar resikonya karena sebagian besar pemakai internet belum cukup dewasa untuk mengakses internet. Bisa dimaklumi karena penetrasi internet di tanah air masih belum merata. Banyak yang masih belum ngeh apa itu internet dan menggunakannya dengan dewasa. 

Browser Internet Bernama Vivaldi

Sudah ada banyak browser yang ada di pasaran. Gratis untuk diunduh dan dipasang di komputer. Mulai dari Mozilla FireFox, Internet Explorer, Apple Safari, Google Chrome dan Opera. Semuanya bagus-bagus. Memadai untuk kepentingan menjelajahi laman-laman Internet hingga mengakses aplikasi web. Sepertinya sudah tak ada tempat lagi buat browser baru.

Namun ternyata masih ada orang yang berpikir bahwa masih ada ruang untuk browser baru. Salah satu browser terbaru yang muncul adalah Vivaldi. Orang-orang yang membuatnya ternyata sebagian besar tim yang sama yang membuat browser Opera. Rupanya mereka ingin Vivaldi ini bisa seperti browser Opera di awal-awal tahun yang rajin membuat inovasi.

Penasaran, saya pun mengunduhnya. Lalu memasangnya di laptop saya. Lumayan untuk saat ini. Ada banyak hal yang mirip dengan memakai browser Opera. Namun Vivaldi masih dalam pengembangan sehingga belum terlalu stabil dan fiturnya masih terbatas. Tapi tak ada salahnya mencoba. Siapa tahu ternyata Vivaldi bisa memberikan pengalaman menjelajah Internet dengan lebih baik.

https://vivaldi.com/

Menjajal Safari 4

Apple baru saja merilis browser Safari 4. Hadir dengan 150 fitur dan tentu inovasi dalam teknologi penjelajahan dunia maya. Langsung saja saya unduh untuk menjajalnya.

Untuk sementara ini, salut untuk fitur Top Sites dan History. Top Sites mirip dengan fitur Speed Dial Opera namun tampil lebih futuristik. Sedangkan fitur History mengadopsi pencarian file dari iTunes dan Finder yang baru. Memukau.

Mengenai kecepatan, cukup impresif. Dengan grafis yang memberi kenyamanan menjelajah. Mungkin yang agak berbeda adalah penempatan tab browser yang lain dari versi sebelumnya. Sepintas mirip dengan Google Chrome. Juga dengan menu bar yang harus dimunculkan dari tombol Settings.

Menarik. Menambah warna tersendiri dari pertarungan antar perambah internet. Tentu, pengguna internet makin diuntungkan karena kompetisi antar browser, tentu menghadirkan peningkatan kualitas para browser tersebut. Gratis lagi…

Wikispecies

Tak sangka ada Wikispecies. Sebuah kumpulan laman Wiki dari Wikipedia yang mengkhususkan diri untuk mengoleksi pengetahuan kolektif berkenaan dengan spesies. Bahkan, sudah terdapat Wikispecies berbahasa Indonesia.

Cukup menarik mempelajari barbagai macam makhluk hidup di planet biru ini. Digolongkan menurut hirarki secara vertikal dan macamnya secara horizontal. Jadi ingat dengan Darwin yang asyik mempelajari beragam spesies di Kepulauan Galapagos.

Mungkin sama menariknya dengan alkisah mengenai Adam dan Hawa, yang diyakini sebagai pasangan manusia pertama di dunia, sedang sibuk memberi nama pada tiap binatang. Begitu juga dengan Nabi Nuh, yang disebut juga sebagai zoologist jempolan, yang menyelamatkan banyak spesies di kapalnya dari air bah yang menenggelamkan daratan.

Ah, melantur saya. Tak ada kesengajaan menarik relasi antara Darwin dengan pasangan Adam Hawa sekaligus Nabi Nuh. Hanya terlintas bagaimana susahnya mereka mengingat-ingat berbagai spesies kala itu. Coba sudah ada Wikispecies. Kan, jadi lebih mudah kerjaan mereka.

Padahal pada mulanya saya hanya tertarik mencari informasi mengenai Panthera sondaica – Harimau Jawa dan Spizaetus bartelsi – Elang Jawa.

wordle

Baru saja sebentar bermain dengan layanan internet bernama Wordle. Unik karena pengguna bisa memasukkan sembarang kata-kata yang kemudian diacak secara otomatis oleh Wordle.

Hasilnya adalah susunan kata, dengan berbagai pilihan bentuk dan warna, yang membentuk tumpukan kata-kata.

Untuk para pemilik blog, bisa saja mengisikan alamat URL blog. Wordle akan memakai kata-kata yang ada di blog Anda sebagai kata-kata acaknya.

Untuk blog Munggur, silakan lihat di Munggur – Wordle.

Flock 2.0

Baru saja saya memperbarui Flock yang terpasang di Macbook dan PC saya dengan Flock versi terbaru, yaitu Version 2.0. Lebih banyak layanan internet yang terintegrasi dengan fitur-fitur Flock. Untuk melihatnya cukup ketik “about:flock” di address bar.

Flock sekarang juga tersedia dalam 2 versi khusus. Flock Gloss Edition Browser untuk mereka penyuka dunia fesyen, mode dan hiburan. Sedangkan penggiat gerakan hijau dapat memilih Flock Browser: Eco-Edition.

Meskipun saya selalu menggunakan Firefox sebagai default perambah internet dan mengagumi kecanggihan Opera, Flock rupanya sudah melekat di hati untuk ngeblog. Saya paling suka dengan fitur blogging di browser yang memang diperuntukkan untuk Web 2.0 ini.